Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan
Mahasiswa adalah orang yang belajar
di perguruan tinggi. Menyandang gelar
mahasiswa merupakan sebuah kebanggaan sekaligus tantangan. Peran mahasiswa bila
diartikan luas, mahasiswa adalah pembawa agen perubahan. Menjadi seorang yang
dapat memberikan solusi atau pemecahan masalah yang dihadapi oleh suatu masyarakat
di berbagai belahan dunia.
Disinilah peran mahasiswa sebagai sosok yang
muda yang kreatif, kritis, solutif, dan inovatif diharapkan untuk dapat menjadi
agen perubahan yang bergerak dan berusaha untuk sedekat mungkin dengan dunia
luar. Mahasiswa diharapkan bisa membawa ide-ide segar, pemikiran-pemikiran
kreatif, sehingga dunia tidak melulu hanya dihadapkan pada hal-hal jaman old yang
itu itu saja dan tidak pernah berkembang. Dengan kata lain mahasiswa diharapkan
menjadi pemimpin masa depan yang lebih baik dari mahasiswa masa kini. Mahasiswa
diharapkan untuk menjadi change agent, yaitu pihak yang mendorong
terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik melalui efektifitas,
perbaikan dan pengembangan.
Ada lima karakteristik pemimpin yang baik yang
harus ada dalam diri seorang Change Agent. Yang pertama,
visi yang jernih. Sebagai pemimpin, seseorang harus memiliki target yang jelas
sehingga program kerja dapat disusun dengan baik dan dengan tahapan yang berkesinambungan
karena arah yang dituju jelas. Pemimpin yang baik harus bisa menjelaskan ide
dan konsep yang ada dalam pemikirannya secara jernih kepada orang lain dan
terutama kepada anggota tim kerjanya. Saya pikir Albert Einsten benar, “If
you can’t explain it simply, you don’t understand it well enough”. Yang
kedua, memiliki kegigihan untuk mencapai target. Yang ketiga,
bersikap kritis dan analitis. Dengan kata lain, pemimpin yang baik harus selalu
bernalar dan menggunakan akal sehatnya. Tidak ada hal yang ditelan bulat-bulat
tanpa mengerti substansinya. Yang keempat, sarat akan
pengetahuan dan memimpin dengan memberikan contoh, bukan hanya dengan
instruksi. Yang kelima, membangun hubungan yang kuat dengan
orang-orang sekitarnya dengan membangun kepercayaan. Dengan kata lain, pemimpin
yang baik harus memiliki integritas agar dapat dipercaya.
Mahasiswa dan semangatnya dibutuhkan
sebagai change agent dalam berbagai sektor, termasuk sektor
politik. Selama masih ada yang namanya “negara”, politik juga akan selalu ada.
Masalahnya, politik sudah terlalu lama terasosiasi sebagai suatu hal yang kotor
dan karena itu dihindari banyak orang. Kata “politik” hampir identik dengan
“perebutan kekuasaan demi jabatan dan uang”. Akibatnya, banyak anak muda
berpotensi menghindari dan tidak peduli dengan politik. Namun sikap ini tanpa
disadari secara tidak langsung membuat kondisi politik menjadi semakin buruk
karena level of competition, baik dari sisi kemampuan maupun
integritas, menjadi rendah untuk seseorang menduduki posisi strategis dalam
lembaga-lembaga negara. Akibatnya orang-orang yang memegang kekuasaan dalam
negara bukanlah orang-orang terbaik yang ada di negara tersebut, melainkan
orang-orang yang memang dari awal masuk ke dalam politik dengan niat untuk
semata-mata memperoleh jabatan dan kekuasaan demi uang atau kepentingan pribadi
lainnya. Pada saat kancah politik dan lembaga negara dikuasai oleh orang-orang
yang tidak berkualitas ini, semakin orang-orang yang berkualitas menjauhi area
tersebut. Hal ini terjadi terus menerus dan menjadi lingkaran setan.
Generasi milenial harus bisa bertindak
sebagai change agent dan memutus lingkaran setan tersebut. Mahasiswa
harus tetap optimis dan tidak berhenti melakukan langkah-langkah perbaikan,
termasuk dalam sektor politik dan pendidikan. Mahasiswa harus mau peduli dengan
kualitas politik dan pendidikan negaranya harus berani terjun ke dalamnya.
Karena perbaikan politik dan pendidikan hanya akan terjadi pada saat
orang-orang baik, profesional dan berintegritas.
Tidak dapat disangkal bahwa politik sudah
terlalu lama disalahgunakan oleh orang-orang opportunist demi
jabatan, kekuasaan dan uang semata. Tapi sesungguhnya ada dimensi lain dari
politik, yaitu suatu alat dahsyat yang dapat memberikan kesejahteraan bagi
rakyat. Apabila kita berpolitik dengan baik dan benar, maka kita dapat
menjadikan dunia ini menjadi lebih baik. Seperti yang dikatakan Mahatma Gandi,
“Be the change you wish to see in the world “. Jangan mengandalkan orang
lain untuk melakukan perbaikan, tapi kita harus mau turun tangan untuk
melakukan perbaikan yang kita inginkan.
Ironi dari sistem pendidikan di era ini menjadi dampak akan
kehidupan materialistik yang ditanamkan di dalam pikiran rakyat. Penghianatan
atas filososfi pendidikan negara ini menjadi massif dan tak terkontrol melalui
regulasi-regulasi titipan politik hukum para pemodal. Memperhatikan bahwa model
pendidikan saat ini lebih mengerucut kepada sistem pola pendidikan pasar yang
dibangun oleh Amerika, Inggris dan Singapura, dimana mereka merupakan “negara
kapitalis” yang menginginkan bangsa ini menjadi pusat eksploitasi secara
infrastruktur dan suprastruktur. Sehingga, berbagai konstruk pun berdatangan
dan menuntaskannya melalui penghapusan identitas kebudayaan melalui proses
hegemoni yang berlebihan.
Pendidikan yang mengena kepada bangsa timur adalah pendidikan
yang humanis, kerakyatan, dan kebangsaan. Tiga hal inilah dasar jiwa untuk
mendidik bangsa dan mengarahkannya kepada politik pembebasan atau kemerdekaan.
Pengalaman yang diperoleh dalam mendalami pendidikan yang humanis ini dengan
menggabungkan model sekolah Maria Montessori (Italia) dan Rabindranath Tagore
(India). Dua sistem pendidikan yang dilakukan dua tokoh pendidik ini sangat
cocok untuk sistem pendidikan bumiputra. Lalu dari mengadaptasi dua sistim
pendidikan itu menemukan istilah yang harus dipatuhi dan menjadi karakter,
yaitu Patrap Guru, atau tingkah laku guru yang menjadi panutan murid-murid dan
masyarakat.
Mahasiswa secara ideal harus menyadari kondisi tersebut,
karena secara non-struktural mereka tidak sepenuhnya terikat oleh pemerintahan.
Pemahaman akan kesadaran secara objektif akan posisi dirinya sebagai sosok yang
mengemban kata “Maha” menjadi konklusi kebebasan mereka dalam berpendapat serta
membela kaum termarjinalkan melalui kacamata kebijaksanaannya. Sejarah tidak
pernah berbohong dalam fakta tertulisnya, bahwa pemuda atau mahasiswa memiliki
posisi penting dalam mengubah bangsa ini dari penindasan kaum kolonialisme
serta otoritarian kepemimpinan yang terjadi dari masa ke masa.
Komentar
Posting Komentar